Latar
Belakang Carl Rogers
Carl Rogers adalah pria
berkebangsaan Amerika yang lahir pada tanggal 8 Januari 1902. Ia merupakan seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis
yang berpusat pada klien (client
centered). Ketika ia singgah selama 6 bulan sebagai
seorang delegasi untuk konferensi mahasiswa Kristen internasional,terjadi
perubahan-perubahan penting di hidupnya. Lalu kembali untuk menjadi mahasiswa
baru di Universitas Wisconsin,ia mulai menjadi seseorang yang berbeda yang
tercermin dalam kehidupan pribadi dan profesionalnya.
Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga
yang memiliki agama yang ketat. Ajaran-ajaran agama dari orangtuanya sangat
mempengaruhi sepanjang masa kanak-kanak dan adolesensinya dan bahkan ketika ia
memasuki perguruan tinggi,hingga pada tahun kedua ia mengabdikan diri untuk
menjadi seorang pendeta. Tahun berikutnya, ia dipilih untuk menghadiri
Konferensi Federasi Mahasiswa Kristen Sedunia di Cina, konferensi tersebut
membuka dunianya dalam banyak cara. Dia menemukan suatu bagian dirinya yang
penting dan baru, untuk pertama kalinya dia terbuka kepada orang banyak dari
berbagai macam latar belakang intelektual dan cultural. Banyak pengaruh ide yang
masuk dalam dirinya pada konferensi tersebut hingga kepercayaannya yang sangat
kuat terhadap agama dilemahkan dan akhirnya dibuang.
Yang dipikirkan dan dirasakan pada
saat itu,dituliskan dalam suatu catatan harian dan kemudian dikirim kepada
wanita yang akan dinikahinya juga kepada orangtuanya. Di rumah, orangtua Rogers
menjadi kuatir terhadap surat-surat yang dikirimkannya itu. Akibat pengalaman
Rogers di Cina adalah putusnya ikatan-ikatan agama dan intelektual dengan orangtuanya
dan kesadaran bahwa dia “dapat berpikir menurut pikiran-pikiran saya
sendiri,sampai pada kesimpulan saya sendiri dan menjadi saksi terhadap
kepercayaan saya sendiri”. Kebebasan yang baru diperolehnya dan perasaan
keyakinan dan arah yang diberikannya menyebabkan ia sadar bahwaakhirnya
seseorang harus bersandar hanya pada pengalamannya sendiri.
Pendekatan Terhadap Kepribadian
Dalam pendekatannya dengan kepribadian ia bekerja dengan
individu-individu yang terganggu, yang mencari bantuan untuk mengubah
kepribadian mereka. Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan
tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, terapi ini disebut dengan client-centered therapy (
terapi yang berpusat pada klien). Metode ini menganggap bahwa individu yang
terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran mengenai kodratnya
sebagai manusia.
Apabila
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan
mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi mahluk yang sadar dan rasional.
Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar tidak terkontrol oleh
peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet
training). Baginya masa sekarang dan cara kita memandang mengenai kepribadian
yang sehat itu jauh lebih penting daripada masa lampau, walaupun ia tidak
menyangkal bahwa pengalaman masa lampau memang dapat mempengaruhi cara kita
memandang masa sekarang yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat
kesehatan psikologis kita. Jadi, pengalaman masa kanak-kanank adalah penting,
tetapi focus Rogers adalah pada apa yang terjadi di masa sekarang,bukan yang
terjadi di masa lampau.
Rogers
menempatkan suatu dorongan dalam sistemnya tentang kepribadian yaitu memeliharakan,
mengaktualisasikan dan meningkatkan semua
segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan
fisiologis dan psikologis. Tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia
yang terlepas dari kecenderungan aktrualisasi ini. Pada tingkat yang rendah ,
kecenderungan aktualisasi berkenaan dengan kebutuhan fisiologis dasar akan
makanan, air dan udara. Oleh karena itu, kecenderungan aktualisasi memungkinkan
organisme hidup terus dengan membantu dan mempertahankan kebutuhan jasmani
dasar.
Pematangan yang
penuh tidak dicapai secara otomatis,perlu adanya usaha. Seperti dalam hal anak
yang sedang belajar berjalan. Anak tersebut tersandung lalu jatuh dan merasa
sakit. Akan lebih mudah dan kurang merasa sakit kalau tidak berusaha untuk
berdiri dan belajar berjalan. Walaupun demikian anak itu masih terus berusaha
dan akhirnya berhasil. Menurut Rogers, pada anak tersebut ada kecenderungan
untuk aktualisasi sebagai tenaga pendorongnya. Dan itu jauh lebih kuat daripada
rasa sakit dan perjuangan serta dorongan yang ikut menghentikan usaha tersebut.
Kecenderungan aktualisasi
pada tingkat fisiologis tidak bisa dikekang, kecenderungan itu mendorong
individu ke depan dari salah satu tingkat pematangan ke tingkat pematangan
berikutnya yang memaksanya untuk menyesuaikan diri dan tumbuh.
Ketika seseorang
bertambah besar maka ‘diri ’ mulai berkembang. Pada saat itu juga , tekanan
dalam akualisasi beralih dari yang fisiologis kepada yang psikologis. Tubuh dan
bentuk serta fungsi-fungsinya yang khusus telah mencapai tingkat perkembangan
yang dewasa dan pertumbuhan lalu berpusat pada kepribadian. Segera setelah diri
mulai timbul maka kecenderungan kepada aktualisasi diri kelihatan. Proses yang
tetap dan bersinambung ini merupakan tujuan yang sangat penting dalam kehidupan
seseorang.
Aktualisasi diri
adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi
psikologisnya yang unik. Rogers percaya bahwa manusia memiliki dorongan yang
dibawa sejak lahir untuk menciptakan dan bahwa hasil ciptaan yang sangat
penting adalah diri orang sendiri, suatu tujuan yang dicapai jauh lebih sering
oleh orang-orang yang sehat daripada oleh orang-orang yang sakit secara
psikologis.
Perkembangan diri
Ketika kecil anak mulai membedakan atau memisahkan salah
satu segi pengalamannya dari semua yang lainnya, segi ini adalah diri. Anak itu
mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi miliknya atau
bagiannya dan semua benda yang dilihat,didengar,diraba dan diciumnya ketika dia
mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dirinya. Dengan kata
lain, anak itu mengembangkan suatu ‘pengertian diri “ ( self concept)
Cara-cara
khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau
tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu
diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut
kebutuhan ini sebagai “penghargaan posirif” ( positive regard)
Positive
Regard
Positive regard yaitu suatu kebutuhan yang memaksa yang
dimiliki semua manusia, seperti halnya anak terdorong untuk mencari positive
regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan
kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan
dari orang lain tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat
cinta dan kasih sayang. Lalu apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu
kepribadian yang sehat ? jawabannya tergantung pada sejauh mana kebutuhan akan
positive regard ini dipuaskan dengan baik.
Self concept yang berkembang dari anak sangat
dipengaruhi oleh ibu. Bagaimana kalau dia tidak memberikan positive regard
kepada anak ? bagaimana kalau dia mencela dan menolak tingkah laku anaknya ?
anak itu mengamati suatu celaan sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar
dalam setiap segi dari adanya. Anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda
penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang
diharapkan akan diberikan.
Dalam hal ini, anak mengharapkan bimbingan
tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia
telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang
bertambah kuat makin lama makin mengarahkan energy dan pikiran. Anak itu harus
bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi diri. Anak dalam
situasi ini mengembangkan apa yang disebut rogers dengan ‘penghargaan positif
bersyarat’. Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap
tingkah lakunya yang baik.
Misalnya, apabila ibu menyatakan celaan setiap
saat karena anak menjatuhkan suatu benda,maka anak itu akhirnya mencela dirinya
sendiri ketika dia bertingkah laku demikian. Standar penilaian dari luar akan
menjadi miliknya sendiri dan anak itu menghukum dirinya seperti yang telah
dilakukan oleh ibunya sebelumnya. Dari keadaan ini berkembanglah syarat-syarat
penghargaan. Anak itu merasa suatu perasaan harga diri hanya dalam
syarat-syarat tertentu. Anak itu harus menghindari tingkah laku atau pikiran
dalam cara yang menyebabkan celaan atau penolakan oleh standar yang telah
diambil anak itu dari ibu .
Dengan demikian sikap defensive menjadi bagian
dari tingkah lakunya,sikap tersebut dilakukan ketika terjadi kecemasan : ketika
menampilkan tipe tingkah laku yang dilarang. Sebagai akibatnya, kebebasan
individu terbatas dan kodrat atau dirinya yang sejati tidak dapat diungkapkan
sepenuhnya. Karena individu ini tidak dapat berinteraksi sepenuhnya maka mereka
mengembangkan “ketidakharmonisan” ( incongruence) antara konsep diri dan
kenyataan yang mengitari mereka.
Kita sudah membicarakan bagaimana orang yang
tidak sehat secara psikologis berkembang, jika terjadi pada orang yang sehat
secara psikologis, setelah aktualisasi
diri mulai berlangsung, orang tersebut dapat maju ke tujuan terakhir yaitu menjadi
orang yang berfungsi sepenuhnya.
Orang
yang berfungsi sepenuhnya
Rogers mengartikan
aktualisasi dalam beberapa pengertian yaitu :
1. Aktualisasi diri
berlangsung terus menerus, tujuan ini yaitu orientasi ke masa depan,menarik
individu ke depan yang selanjutnya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala
segi dari diri.
2. Aktualisasi diri
merupakan suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri
merupakan suatu tujuan , rentangan dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan
seseorang.
3. Aktualisasi diri dicapai
oleh orang-orang yang benar-benar menjadi diri sendiri. Tidak bersembunyi
dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau
menyembunyikan sebagian dari mereka.
Rogers juga memberikan lima sifat orang yang berfungsi
sepenuhnya :
a. Keterbukaan pada
pengalaman
Individu yang sehat bebas untuk mengalami semua perasaan dan
sikap. Tak ada yang harus dilawan karena tidak ada yang mengancam. Orang yang
demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya,tidak ada segi
kepriabadian tertutup.
b. Kehidupan eksistensial
Individu yang sehat hidup sepenuhnya dalam setiap momen
kehidupan, setiap pengalaman dirasakan segar dan baru. Orang yang berfungsi
sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur diri terus menerus terbuka
kepada pengalaman-pengalaman baru.
c. Kepercayaan terhadap organisme
orang sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan
pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan,lebih
dapat diandalkan daripada factor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang
berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika
dan intuitif.
d. Perasaan bebas
Individu yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Orang yang
berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya,tidak diatur
oleh tingkah laku,keadaan atau peristiwa masa lampau.
e. Kreativitas
Individu yang sehat adalah yang kreatif. Orang-orang yang
terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman,yang percaya akan organisme mereka
sendiri yang fleksibel dalam keputusan
serta tindakan mereka ialah orang yang mengungkapkan diri dalam produk yang
kreatif dalam semua bidang kehidupannya.
Sumber :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius
1 komentar:
meskipun softskill kita berbeda tapi itu justru bagus yaaaaa karena aku bisa dapet informasi dan ilmu baru dari kamu. Poatingannya bagus semoga dapet nilai bagus yaaaaa Seren :)
Posting Komentar