Kamis, 09 Mei 2013

Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers


Latar Belakang Carl Rogers

          Carl Rogers adalah pria berkebangsaan Amerika yang lahir pada tanggal 8 Januari 1902. Ia merupakan seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered).  Ketika ia singgah selama 6 bulan sebagai seorang delegasi untuk konferensi mahasiswa Kristen internasional,terjadi perubahan-perubahan penting di hidupnya. Lalu kembali untuk menjadi mahasiswa baru di Universitas Wisconsin,ia mulai menjadi seseorang yang berbeda yang tercermin dalam kehidupan pribadi dan profesionalnya.

          Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga yang memiliki agama yang ketat. Ajaran-ajaran agama dari orangtuanya sangat mempengaruhi sepanjang masa kanak-kanak dan adolesensinya dan bahkan ketika ia memasuki perguruan tinggi,hingga pada tahun kedua ia mengabdikan diri untuk menjadi seorang pendeta. Tahun berikutnya, ia dipilih untuk menghadiri Konferensi Federasi Mahasiswa Kristen Sedunia di Cina, konferensi tersebut membuka dunianya dalam banyak cara. Dia menemukan suatu bagian dirinya yang penting dan baru, untuk pertama kalinya dia terbuka kepada orang banyak dari berbagai macam latar belakang intelektual dan cultural. Banyak pengaruh ide yang masuk dalam dirinya pada konferensi tersebut hingga kepercayaannya yang sangat kuat terhadap agama dilemahkan dan akhirnya dibuang.

          Yang dipikirkan dan dirasakan pada saat itu,dituliskan dalam suatu catatan harian dan kemudian dikirim kepada wanita yang akan dinikahinya juga kepada orangtuanya. Di rumah, orangtua Rogers menjadi kuatir terhadap surat-surat yang dikirimkannya itu. Akibat pengalaman Rogers di Cina adalah putusnya ikatan-ikatan agama dan intelektual dengan orangtuanya dan kesadaran bahwa dia “dapat berpikir menurut pikiran-pikiran saya sendiri,sampai pada kesimpulan saya sendiri dan menjadi saksi terhadap kepercayaan saya sendiri”. Kebebasan yang baru diperolehnya dan perasaan keyakinan dan arah yang diberikannya menyebabkan ia sadar bahwaakhirnya seseorang harus bersandar hanya pada pengalamannya sendiri.

Pendekatan Terhadap Kepribadian

          Dalam pendekatannya dengan kepribadian ia bekerja dengan individu-individu yang terganggu, yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, terapi ini  disebut dengan client-centered therapy ( terapi yang berpusat pada klien). Metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran mengenai kodratnya sebagai manusia.

          Apabila orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi mahluk yang sadar dan rasional. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar tidak terkontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training). Baginya masa sekarang dan cara kita memandang mengenai kepribadian yang sehat itu jauh lebih penting daripada masa lampau, walaupun ia tidak menyangkal bahwa pengalaman masa lampau memang dapat mempengaruhi cara kita memandang masa sekarang yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita. Jadi, pengalaman masa kanak-kanank adalah penting, tetapi focus Rogers adalah pada apa yang terjadi di masa sekarang,bukan yang terjadi di masa lampau.

Rogers menempatkan suatu dorongan dalam sistemnya tentang kepribadian yaitu memeliharakan, mengaktualisasikan dan meningkatkan  semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir  dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis. Tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terlepas dari kecenderungan aktrualisasi ini. Pada tingkat yang rendah , kecenderungan aktualisasi berkenaan dengan kebutuhan fisiologis dasar akan makanan, air dan udara. Oleh karena itu, kecenderungan aktualisasi memungkinkan organisme hidup terus dengan membantu dan mempertahankan kebutuhan jasmani dasar.

Pematangan yang penuh tidak dicapai secara otomatis,perlu adanya usaha. Seperti dalam hal anak yang sedang belajar berjalan. Anak tersebut tersandung lalu jatuh dan merasa sakit. Akan lebih mudah dan kurang merasa sakit kalau tidak berusaha untuk berdiri dan belajar berjalan. Walaupun demikian anak itu masih terus berusaha dan akhirnya berhasil. Menurut Rogers, pada anak tersebut ada kecenderungan untuk aktualisasi sebagai tenaga pendorongnya. Dan itu jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan serta dorongan yang ikut menghentikan usaha tersebut.

Kecenderungan aktualisasi pada tingkat fisiologis tidak bisa dikekang, kecenderungan itu mendorong individu ke depan dari salah satu tingkat pematangan ke tingkat pematangan berikutnya yang memaksanya untuk menyesuaikan diri dan tumbuh.

Ketika seseorang bertambah besar maka ‘diri ’ mulai berkembang. Pada saat itu juga , tekanan dalam akualisasi beralih dari yang fisiologis kepada yang psikologis. Tubuh dan bentuk serta fungsi-fungsinya yang khusus telah mencapai tingkat perkembangan yang dewasa dan pertumbuhan lalu berpusat pada kepribadian. Segera setelah diri mulai timbul maka kecenderungan kepada aktualisasi diri kelihatan. Proses yang tetap dan bersinambung ini merupakan tujuan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.

Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang unik. Rogers percaya bahwa manusia memiliki dorongan yang dibawa sejak lahir untuk menciptakan dan bahwa hasil ciptaan yang sangat penting adalah diri orang sendiri, suatu tujuan yang dicapai jauh lebih sering oleh orang-orang yang sehat daripada oleh orang-orang yang sakit secara psikologis.

Perkembangan diri

          Ketika kecil anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lainnya, segi ini adalah diri. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi miliknya atau bagiannya dan semua benda yang dilihat,didengar,diraba dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dirinya. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu ‘pengertian diri “ ( self concept)

          Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini sebagai “penghargaan posirif” ( positive regard)

Positive Regard

          Positive regard yaitu suatu kebutuhan yang memaksa yang dimiliki semua manusia, seperti halnya anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang lain tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Lalu apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat ? jawabannya tergantung pada sejauh mana kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.

Self concept yang berkembang dari anak sangat dipengaruhi oleh ibu. Bagaimana kalau dia tidak memberikan positive regard kepada anak ? bagaimana kalau dia mencela dan menolak tingkah laku anaknya ? anak itu mengamati suatu celaan sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi dari adanya. Anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan.

Dalam hal ini, anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat makin lama makin mengarahkan energy dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi diri. Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut rogers dengan ‘penghargaan positif bersyarat’. Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik.

Misalnya, apabila ibu menyatakan celaan setiap saat karena anak menjatuhkan suatu benda,maka anak itu akhirnya mencela dirinya sendiri ketika dia bertingkah laku demikian. Standar penilaian dari luar akan menjadi miliknya sendiri dan anak itu menghukum dirinya seperti yang telah dilakukan oleh ibunya sebelumnya. Dari keadaan ini berkembanglah syarat-syarat penghargaan. Anak itu merasa suatu perasaan harga diri hanya dalam syarat-syarat tertentu. Anak itu harus menghindari tingkah laku atau pikiran dalam cara yang menyebabkan celaan atau penolakan oleh standar yang telah diambil anak itu dari ibu .

Dengan demikian sikap defensive menjadi bagian dari tingkah lakunya,sikap tersebut dilakukan ketika terjadi kecemasan : ketika menampilkan tipe tingkah laku yang dilarang. Sebagai akibatnya, kebebasan individu terbatas dan kodrat atau dirinya yang sejati tidak dapat diungkapkan sepenuhnya. Karena individu ini tidak dapat berinteraksi sepenuhnya maka mereka mengembangkan “ketidakharmonisan” ( incongruence) antara konsep diri dan kenyataan yang mengitari mereka.

Kita sudah membicarakan bagaimana orang yang tidak sehat secara psikologis berkembang, jika terjadi pada orang yang sehat secara psikologis, setelah  aktualisasi diri mulai berlangsung, orang tersebut dapat maju ke tujuan terakhir yaitu menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.

Orang yang berfungsi sepenuhnya

          Rogers mengartikan aktualisasi dalam beberapa pengertian yaitu :

1.    Aktualisasi diri berlangsung terus menerus, tujuan ini yaitu orientasi ke masa depan,menarik individu ke depan yang selanjutnya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri.

2.    Aktualisasi diri merupakan suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu tujuan , rentangan dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang.

3.    Aktualisasi diri dicapai oleh orang-orang yang benar-benar menjadi diri sendiri. Tidak bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau menyembunyikan sebagian dari mereka.

Rogers juga memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya :

a.   Keterbukaan pada pengalaman

Individu yang sehat bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak ada yang harus dilawan karena tidak ada yang mengancam. Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya,tidak ada segi kepriabadian tertutup.

b.   Kehidupan eksistensial

Individu yang sehat hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, setiap pengalaman dirasakan segar dan baru. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur diri terus menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru.

c.    Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri

Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan,lebih dapat diandalkan daripada factor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif.

d.   Perasaan bebas

Individu yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya,tidak diatur oleh tingkah laku,keadaan atau peristiwa masa lampau.

e.    Kreativitas

Individu yang sehat adalah yang kreatif. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman,yang percaya akan organisme mereka sendiri yang  fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang yang mengungkapkan diri dalam produk yang kreatif dalam semua bidang kehidupannya.



Sumber :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius

1 komentar:

Annida Putri Gayo mengatakan...

meskipun softskill kita berbeda tapi itu justru bagus yaaaaa karena aku bisa dapet informasi dan ilmu baru dari kamu. Poatingannya bagus semoga dapet nilai bagus yaaaaa Seren :)