Perilaku
abnormal (abnormal behavior) atau yang sering disebut
oleh para ahli dengan gangguan
perilaku (behavior disorder) sulit
untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat
membedakan antara perilaku yang abnormal
dan perilaku normal. Tetapi untuk mempertegas
pengertiannya yaitu bahwa perilaku abnormal adalah perilaku yang menyimpang dari hal yang normal.
Ada beberapa sudut pandang untuk memperjelas tentang abnormal,
diantaranya :
a. Abnormalitas
menurut konsepsi statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal
bila menyimpang dari mayoritas. Misalnya, dalam suatu kelas berisi anak-anak yang mempunyai
kemampuan diatas rata-rata tetapi ada satu anak yang memiliki kemampuan dibawah
rata-rata maka satu anak tersebut dapat dikatakan abnormal.
b. Abnormal menurut konsepsi
patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan
tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu,
misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah
lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang
normal.
c. Abnormal
menurut konsepsi penyesuaian
pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya
baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya
dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang
normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan,
kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan
bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak
normal.
d. Abnormal menurut
konsepsi penderitaan/tekanan pribadi
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan
penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder)
menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain
tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan
abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria
ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress
seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
e. Perilaku
berbahaya
Perilaku
yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat
dikatakan abnormal.
f.
Abnormalitas menurut konsepsi sosio-kultural
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya
baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya
dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang
normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan,
kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya
tidak normal
g. Abnormalitas menurut
konsepsi kematangan pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan
normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila
dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
h. Disability
(tidak stabil)
Individu mengalami ketidakmampuan
(kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya.
Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah
mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik,
sosial atau pekerjaan.
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang
yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai
gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip
orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga
apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.
Lalu apa kaitannya abnormalitas dengan konsep motivasi,stress
dan gender?
a.
Abnormalitas dengan motivasi
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu (drive)
yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Jadi ada dorongan di dalam diri untuk
melakukan hal-hal yang ingin dilakukan tetapi orang lain melihatnya sebagai hal
yang menyimpang. Tujuannya bisa positif atau negatif.
b.
Abnormalitas dengan stress
Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2002) stres merupakan suatu
keadaan tertekan baik itu secara fisisk maupun psikologis.
Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu
yang dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua
atau lebih kebutuhan atau keinginan yang diingin dicapai, yang terjadi secara
berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres.
Dari uraian diatas dapat diketahui perialku abnormal akibat
gangguan stres adalah sebagai berikut :
a. Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap
dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan. Biasanya
adapula tindakan sadistik dan membunuh orang. Agresi ini sangat menggangu
fungsi intelegensi sehingga harga dirinya merosot.
b. Regresi
Yaitu kembalinya individu pada
pola-pola primitif dan kekanak-kanakan. Misalnya dengan jalan menjerit-jerit,
menangis meraung-raung, membanting barang, menghisap ibu jari, mengompol, pola
tingkah laku histeris, dll. Tingkah laku diatas didorong oleh adanya rasa
dongkol, kecewa ataupun tidak mampu memecahkan masalah. Tingkah laku diatas
adalah ekspresi dari rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
c. Fixatie
Merupakan suatu respon individu
yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotipi, yaitu selalu
memakai cara yang sama. Misalnya, menyelesaikan kesulitannya dengan pola
membisu, membentur kepala, berlari-lari histeris, mengedor-gedor pintu
memukul-mukul dada sendiri, dll. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapai
tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.
d. Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk
menghilangkan atau menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan,
pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif. Karena
didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak
yang sering menggangu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan
, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.
e. Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri
secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu
yang tidak rasional dengan tidak menyenangkan. Misalnya, seorang yang gagal
secara total melakukan tugas akan berkata bahwa tugas tersebut terlalu berat
baginya karena dirinya masih muda.
f. Proyeksi
Adalah usaha melemparkan atau
memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negative pada orang lain.
Misalnya orang yang sangat iri hati dengan kekayaan dan kesuksesan tetangganya
akan berkata bahwa sesungguhnya tetangganyalah yang sebenarnya irihati pada
dirinya.
g. Tehnik Anggur masam
Usaha memberikan atribut yang
jelek atau negative pada tujuan yang tidak bisa dicapainya. Misalnya seseorang
mahasiswa yang gagal menempuh ujian akan berkata bahwa soal ujian tidak sesuai
dengan bahan yang diajarkan.
h. Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan
atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan kelemahan dan
kekurangan sendiri. Misalnya seorang diplomat yang gagal total melakukan tugas
akan berkata “Inilah tehnik diplomatif bertaraf internasional, mundur untuk
merebut kemenangan”
i. Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri
sendiri dengan orang lain, misalnya mengidentifikasikan diri dengan bintang
film tenar, professor cemerlang dll. Semua itu bertujuan memberikan keputusan
semu pada dirinya.
j. Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa
dirinya penting dan disertai dengan cinta diri yang patologis dan
berlebih-lebihan. Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dengan
dunia luar.
k. Autisme
Ialah gejala menutup diri secara
total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang
dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang
mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan
mengakibatkan bertumpuknya kesulitan hidup, bertambahnya konflik-konflik batin
yang kronis lalu terjadilah disintegrasi kepribadian.
c.
AbnormalitasGangguan Identitas Gender atau transeksualisme
adalah ketidakpuasan psikologis terhadap gender biologisnya sendiri, gangguan
dalam memahami identitasnya sendiri, sebagai laki laki atau perempuan.
Tujuan utamanya bukan rangsangan seksual tetapi lebih berupa
keinginan untuk menjalani kehidupan lawan jenisnya. Biasanya ybs. merasa seolah
terperangkap dalam tubuh dengan jenis kelamin yang salah.
Dibeberapa budaya, individu dengan identitas gender yang keliru
sering dikaitkan dengan kemampuan cenayang atau peramal dan diperlakukan
sebagai figur yang dihormati namun tidak jarang justru dijadikan objek ingin
tahu, cemoohan hingga sasaran kekerasan.
Gangguan identitas gender “berbeda” dengan individu interseks
atau hermaphrodite dimana ybs. terlahir dengan alat kelamin yang tidak jelas
akibat abnormalitas hormonal atau abnormalitas fisik lainnya. Sebaliknya
individu dengan gangguan identitas gender tidak menunjukkan abnormalitas fisik.
Diduga penyebabnya karena mendapatkan perlakuan yang tidak
semestinya akibat keinginan orang tua terhadap jenis kelamin berbeda atau
kurangnya teman bermain yang sejenis selama tahun awal sosialisasi.
Para ilmuwan belum menemukan adanya peran biologis yang spesifik
terhadap gangguan identitas gender.
Daftar pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar